PortalMiliter | Sukabumi,-Sejumlah pedagang kuliner di Eks Terminal Sudirman Sukabumi beberapa hari terakhir dibuat gusar. Musababnya, pengelola baru eks terminal yakni PT Sagara Inovasi Sukabumi yang memasang portal parkir dinilai minim komunikasi dan sosialisasi ke pedagang.
Dari pantauan, pemasangan portal parkir itu sudah berjalan dua hari terakhir dan dilakukan di pintu masuk area timur dan barat lokasi kuliner. Sedianya, PT Sagara akan memberlakukan sistem parkir semi tertutup. Di mana, kendaraan khususnya roda dua hanya bisa masuk dan keluar lewat area bagian atas. Masalah muncul manakala pedagang melihat sistem pemberlakuan gate parkir itu sangat tidak efektif.
"Kami sangat menolak. Apa-apaan area kuliner rakyat harus memakai sistem parkir seperti di mal-mal besar atau rumah sakit," ujar Jibah salah seorang pedagang yang ditemui di area kuliner.
Ia menyatakan, pemberlakuan sistem parkir seperti itu bisa mengurangi tingkat kunjungan. Sebab setahu dirinya, masyarakat Sukabumi sangat malas bila datang ke suatu tempat dengan sistem parkir seperti itu. "Teman-teman saya saja bilang, nanti parkir di Sudirman pasti mahal. Karena setiap jam nya naik. Kalau seperti itu wajar saya tidak setuju. Ini bukan tempat belanja mewah. Di Sudirman Street Food atau Odeon China Town saja tidak pakai palang-palangan," ketusnya.
Sejumlah pedagang lainnya yang ditemui juga menyatakan penolakan yang serupa. Mereka pada intinya mengecam kebijakan pengelola yang grasa-grusu. Akses masuk area dari Jalan Jenderal Sudirman menurut pengelola akan dijadikan pintu masuk dan keluar areal parkir. Nantinya, motor akan masuk dari bagian timur yang berdekatan dengan tenda kuliner Asta Cita milik Polres Sukabumi Kota dan keluar melalui pintu masuk yang saat ini digunakan dekat Pos Gatur Lantas.
"Kalau diberlakukan, yang timur pasti penuh duluan oleh motor. Lalu area barat sepi. Ini yang kami takutkan. Pengelola mau tanggungjawab tidak kalau blok barat semakin sepi," timpal salah seorang pedagang yang namanya tak mau disebutkan.
Ia juga heran dengan penutupan akses kendaraan di area kuliner bagian bawah atau selatan. Sebab, oleh pengelola sebelumnya, akses di sana justru untuk pintu keluar semua kendaraan. "Ini kalau ditutup saya yakin yang komplainnya bukan hanya kita pedagang. Orang-orang Perbata juga. Sebab kalau pagi hari, kuliner di sini jadi (akses) jalan juga buat mereka," katanya.
Keluhan lain yang ia utarakan juga soal rencana pembatasan area parkir mobil. Dari surat edaran bernomor 015/SP/SIS/III/2025 tertanggal 11 April 2025 lalu menyebutkan, bahwa kendaraan roda empat nantinya tidak akan bisa parkir di dalam area kuliner. Ia yang menerima surat itu dari pegawainya di tenan jelas sangat menolak. Sebab, ada beberapa pedagang yang memang setiap hari meloading barang dagangannya di dalam area kuliner.
"Aturan ini sangat memberatkan dan berbelit-belit. Naik turun barang dagangan tidak praktis seperti dulu. Di depan tenan, sudah bisa dilakukan. Nanti disiapkan area parkir tersendiri untuk itu. Tapi kalau jauh ya sangat berat di kita. Aneh-aneh memang kelakuan Pak Rama (pengelola). Main putus seenaknya," akunya.
Ia juga tak habis pikir dalam edaran tersebut. Di mana, ke depan tak akan ada lagi mobil pengunjung yang bisa masuk area kuliner. Pengelola, dituding tak mau belajar dari pengelola sebelumnya. Di mana, akses parkir mobil dulu ditutup apabila pengunjung membludak.
"Kemarin waktu oleh Pass (pengelola sebelumnya) diatur jam nya. Kalau masih siang ke sore pengunjung tidak terlalu banyak, mobil masih bisa diberi masuk. Sebab mereka sadar, mobil pengunjung kalau diparkir terlalu banyak di luar pasti menimbulkan kemacetan, " terangnya.
Dari salinan surat yang diterima, pengelola juga berpotensi melanggar perda parkir Kota Sukabumi. Sebab, besaran tarif abodemen di situ tercatat sebesar Rp80 ribu per kendaraan per pedagang. Jika dibagi per hari angka itu jauh dengan aturan yang sudah ada jelas itu tak wajar. Sesuai Perda Nomor 04 Tahun 2023 besaran tarif motor hanya sebesar Rp2000,- / kendaraan. "Abodemen di mana-mana harus lebih murah. Ini kenapa jadi mahal. Jatuhnya lebih dari dua ribu mah kami tidak akan pernah mau bayar," imbuh pedagang yang sudah menggeluti UMKM kuliner selama lima tahun ini.
Media ini beberapa kali mencoba menghubungi manajemen PT Sagara Inovasi Sukabumi via sambungan telepon dan media sosial. Namun tak pernah ada respon. Di kantornya yang masih berada di area kuliner, terpantau tak ada aktifitas apapun di dalamnya. Hanya beberapa orang yang mengaku sebagai crew parkir menyatakan bahwa pengelola saat ini seperti kucing-kucingan.
"Mau cari Ateng (nama panggilan Rama) mah jangan sore Kang. Orangnya sering malem ke sini. Itupun abur-aburan (datang pergi sesukanya). Sebab gaji dan uang makan kami pun tidak jelas kapan dibayar," celetuk pria yang memilih berlalu saat dicercar lebih dalam stemennya yang kecewa soal gaji.
(***)