Photo : GMNI Saat Lakukan Aksi Di Tugu Adipura Kota Sukabumi
PORTALMELITER.COM | Sukabumi,- Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Sukabumi Raya melakukan refleksi dalam rangka memperingati Hari Buruh Internasional atau May Day di Bundaran Tugu Adipura, Jumat petang 5 Mei 2023.
Aksi di isi oleh orasi orasi secara bergiliran oleh para peserta aksi serta pembacaan puisi, tak hanya itu aksi turun kejalan tersebut di warnai dengan pembakaran Ban. Jalannya aksi mendapat pengawalan dari sejumlah aparat keamanan.
Ketua GMNI Sukabumi Raya, Anggi Fauzi, mengatakan refleksi yang dilakukan itu sebagai bentuk merawat semangat perjuangan, dan merawat nalar teman-teman mahasiswa bahwa pada beberapa tahun yang lalu tepat pada tanggal 1 Mei, terjadi momentum bersejarah, yang mana perjuangan buruh sangat luar biasa untuk memperjuangkan hak-haknya.
Jadi kita melakukan refleksi sebagai bentuk merawat semangat perjuangan, bahwa pada satu Mei, pada beberapa tahun yang lalu terjadi momentum bersejarah yang sampai hari ini selalu diperingati sebagai Hari Buruh Internasional,” ujar Anggi
Ia menjelaskan, refleksi ini juga sebagai bentuk merawat semangat perjuangan agar bersama-sama mengenang semangat para buruh, terutama satu tokoh buruh perempuan yang sangat luar biasa, yaitu Marsinah, yang demi memperjuangkan haknya ia sampai wafat.
“Intinya hari ini kita merawat semangat perjuangan untuk bagaimana agar sama-sama kita mengenang semangat para buruh, salah satunya tokoh buruh perempuan yang sangat luar biasa, yaitu Marsinah. Ada juga beberapa aktivis lainnya yang memperjuangkan hak mereka sendiri,” ucapnya.
Berkaitan dengan Undang-undang Cipta Kerja yang saat ini sudah di sah kan pemerintah pusat, kata dia, pihaknya mendorong kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Sukabumi memberikan ruang untuk perempuan cuti haid, cuti melahirkan, termasuk ruang menyusui, dan lain sebagainya.
Jadi kalau kita di daerah, kita hanya perlu mendorong bersama-sama, tentunya juga untuk pemerataan hal itu, agar kawan-kawan buruh ini, terutama perempuan, secara kesehatan dan secara psikologinya terjaga,” pungkasnya
Sementara itu kordanitot lapangan yizreel Selan mengatakan, refleksi Hardiknas tahun ini lebih condong untuk bagaimana mahasiswa melakukan penolakan terkait liberalisasi yang hari ini terjadi di ruang lingkup pendidikan, karena adanya sistem kurikulum merdeka yang dapat merubah karakter manusia menjadi individualistis
Kurikulum merdeka ini kan berbicara terkait bagaimana seseorang itu dapat belajar, namun dengan tidak ada batasan-batasan yang baku. Jadi secara tidak langsung ini sudah membebaskan arah-arah pendidikan menuju ke arah liberalisasi,” ujar Yizreel, kepada awak media.
Dengan dilaksanakannya refleksi ini, mahasiswa mendorong pemerintah untuk mempertegas kembali apa yang memang menjadi cita-cita pendidikan bangsa, dan menjadi tujuan daripada undang-undang 45, yang di mana pendidikan itu seharusnya diberikan gratis kepada orang-orang yang tidak dapat mengenyam pendidikan karena faktor ekonomi.
“Tolong kepada pemerintah agar dapat menstabilkan apa yang memang seharusnya pemerintah lakukan, dengan cara melakukan ataupun membuat regulasi, atau peraturan-peraturan yang memang dapat menguntungkan kaum-kaum yang tak mampu,” pungkasnya.
Reporter Eka Lesmana