PortalMiliter.Com | Cianjur,-Kepala Desa Sukaluyu, Uher Suherman, menerima tim advokasi dari dinas terkait berkenaan kasus tindak asusila yang dilakukan seorang ustaz di Cianjur,jawa barat,Ustaz SA yang selama ini memiliki tiga jabatan.
SA merupakan pelaku aksi tak terpuji kepada santriwati yang diharuskan menginap di rumahnya. Di lain sisi, dia tak memperkenankan santri laki-laki menginap.
Uher mengatakan bahwa sang ustaz pun berstatus Ketua Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kecamatan Sukaluyu, Sekretaris MUI, dan Amil Desa Sukaluyu.
"Jabatan sebagai amil desanya sudah saya copot",ujar Uher kepada Wartawan, Rabu (6/7/2022) kemarin.
SA ini merupakan ustaz yang diduga melakukan tindakan tidak terpuji kepada santriwatinya.
Saat menginap, santri perempuan itu mendapat ritual setiap pukul 24.00 WIB. Mereka diharuskan mandi tengah malam dan diolesi madu.
Sang ustaz berdalih ritual mandi tengah malam lalu diolesi madu agar ilmu mengaji cepat terserap santriwati.
Namun, di balik itu semua sang ustaz mempunyai rencana lain dengan cara memegang alat vital santri putri dan tentu membuat para santri putri trauma.
"Jadi setelah mengalami hal tersebut santri putri memilih keluar dari pesantren tersebut, namun belum memberitahu kepada orangtua masing-masing",ujar Kades Sukaluyu ini.
Uher dan warga pun langsung mengambil sikap sambil berkoordinasi dengan pihak terkait hingga saat ini.
"Dari UPZ tempat ia bekerja sudah datang ke sini. Sekarang saya juga mau berkoordinasi dengan pihak kecamatan. Setiap hari warga terus datang ke kantor desa bertanya soal perkembangan. Saya jamin semua sesuai proses hukum",katanya.
Uher menuturkan,100-an warga sempat mengepung rumah SA (30) sang ustaz cabul.
Uher mengatakan, aksi anarkis berhasil diredam setelah aparat desa babinsa dan babinmas menjamin sang ustaz akan diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.
Sementara itu menurut Uher,bahwa warga pun meredam emosi mereka dan membubarkan diri dengan tertib.
Sebelumnya, warga kesal dan geram setelah mengetahui penuturan dari dua korban, YY (19) dan NN (19), yang mengaku dilecehkan sang ustaz.
"Kami siaga di rumah pelaku, saat itu sudah berkumpul sekitar 100 orang warga, kami menjaga agar tidak ada kejadian anarkis",terang Uher.
Uher mengatakan,bahwa jumlah santri di pesantren tempat pelaku ini berada terakhir terdata ada 50 orang. Namun saat ini sudah bubar semuanya.
"Dari kejadian tersebut saya mengimbau kepada orang tua dan guru ngaji agar tak ada lagi murid menginap di guru ngaji terutama yang perempuan",pinta uher.
Iapun mengatakan, dua perwakilan dari dinas yang mengurus perempuan dan anak sudah turun ke lokasi dari kabupaten untuk melakuka advokasi dan trauma healing para korban.
"Tadi ada dua orang turun ke lokasi dan rumah korban untuk melakukan advokasi dan trauma healing serta pendataan",pungkas Aher.
(Rd.hadi).